Esensi Hidup

Saya selalu senang berinteraksi dengan orang lain, karena dari interaksi itu pasti ada manfaat, ilmu, pelajaran yang bisa saya ambil. Termasuk dari interaksi saya di pagi hari tadi.
Saya diberi berbagai macam wejangan tentang kehidupan.
Saya diberitahu bahwa hidup ini bukan lah sekedar untuk memenuhi kebutuhan diri sendiri. Hidup ini memiliki nilai yang lebih dari itu. Kebutuhan orang banyak pun harus bisa kita penuhi. Kebutuhan sendiri adalah hal yang mutlak harus sudah kita penuhi dan bukan lah hal yang harus diperjuangkan. Yang harus diperjuangkan adalah pemenuhan kebutuhan orang lain. Itu lah yang disebut dengan kemanfaatan. Dan kemanfaatan itu lah yang membuat hidup kita jadi lebih berarti.

Kunci Kesuksesan

Sukses. Satu kata yang terdiri dari enam huruf, dua suku kata tapi memiliki makna yang luas. Setiap orang pasti ingin untuk sukses dalam hidup di dunia ini. Hanya saja, suksesnya itu terdefinisikan secara bermacam-macam, variatif, per individunya. Ada yang beranggapan bahwa sukses itu lulus kuliah, kerja dengan gaji mapan, berkeluarga, dan hidup bahagia, namun ada pula yang mendefinisikan sukses itu berhasil menciptakan suatu hal yang bermanfaat untuk kemaslahatan umat. Bermacam-macam banyaknya. Indikator kesuksesan setiap orang berbeda-beda. Nah, tapi ada satu hal yang merupakan kesamaan di antara bermacam-macam perbedaan itu. Apa kah itu? Semuanya sama-sama membuat indikator berdasarkan mimpi. Impian, angan, keinginan, hal-hal itu lah yang menjadi indikator dari kesuksesan itu. Semuanya sama seperti itu, sepemandangan saya.
Bicara tentang mimpi. Dalam upaya menggapai mimpi, semuanya berawal dari kemauan kan. Nah, kemauan itu adalah komponen awal yang diperlukan dalam mencapai mimpi itu, kesuksesan itu. Saat kita sudah punya kemauan, kita bergerak, lalu muncul komponen berikutnya yang tidak kalah penting, yaitu kemampuan. Kemauan yang diiringi dengan kemampuan yang baik tentu akan sejalan dan turut berperan dalam upaya kita menggapai sukses.
Lalu, apa kah kemauan dan kemampuan itu cukup untuk membawa kita kepada sukses?
Tidak.
Ada dua komponen lagi yang perlu kita miliki untuk mencapai sukses. Yaitu, kesungguhan dan konsistensi.
Perjalanan mencapai sukses itu bukanlah suatu perjalanan singkat yang mudah. Diperlukan kesungguhan dalam menghadapi berbagai rintangan yang menghadang. Diperlukan konsistensi sebagai peneguh iman kita terhadap mimpi yang sedang kita perjuangkan.
Tanpa dua komponen kesungguhan dan konsistensi, kemauan dan kemampuan tidak akan mampu untuk bertahan dan membawa kita pada sukses.
Keempat komponen tadi saling terikat satu sama lain. Mereka berkonspirasi dengan semesta dalam mewujudkan impian kita.
Setelah empat komponen itu kita penuhi, dan jika memang yang kita impikan itu suatu kebaikan, InsyaAllah 90% impian itu akan tercapai. Sisanya mari kita biarkan Tangan-Tangan Allah SWT yang bekerja dan memutuskan apa kah akan meng-acc impian kita, atau kah Dia (SWT) memiliki opsi lain yang lebih baik untuk kita.
Keep faith. Teruslah berdo’a memohon petunjuk yang terbaik, memohon hasil yang terbaik, sambil penuhi empat komponen yang sudah saya sebutkan tadi: kemauan, kemampuan, kesungguhan, dan konsistensi.
InsyaAllah sukes akan tiba kepada kita, Aamiin :).
Bismillah.

Compile of @FadhalMA’s Tweet | My First Chirpstory!

What My Eyes See, What My Mind Think, and What My Heart Feel

 

If You Want to Go Fast, Go Alone. If You Want to Go Far, Go Together

Kutipan yang saya jadikan judul di atas tentu sudah umum dan sudah sering teman teman dengar. Yaa, itu emang kutipan yang udah pasaran terdengar di mana mana. Tapi izinkan saya buat menulis, berkomentar tentang kutipan itu, hehe.
Ok. Dimulai dari saya yang sedang meluruskan badan di kasur kamar yang nyaman setelah seharian belajar bersama seorang teman yang sangat menyenangkan.
Read More »

Ketika Hati dan Pikiran Berbicara

“Ada saatnya engkau ingin sendiri saja bersama angin, menceritakan seluruh rahasia, lalu meneteskan air mata.”
-Bung Karno-

Sebuah kutipan yang bagus menurutku, dari seorang tokoh yang sangat hebat. Bapak negara kita, Ir. Soekarno.
Apa yang saya akan lakukan di sini bisa terwakili oleh kutipan yang beliau katakan. Tapi tidak seutuhnya.
Ya, saya sedang ingin menceritakan suatu rahasia. Tapi bukan berarti saya sedang berada dalam kesedihan dan ingin meneteskan air mata. Tidak, saya sedang sama sekali tidak merasakan hal seperti itu.
Sebaliknya, saya sedang senang hingga saya mau bercerita di sini yang buatku ini (deretanalphabet.wordpress.com) adalah angin yang menemaniku dalam kesendirian. Bercerita satu arah seolah tidak akan ada yang membaca.

Perkenalkan, masih dengan seorang independent player, Fadhal Muhammad Ahmad. Saya menyebut diri saya sebagai seorang yang independen karena saya memang senang sendiri dan saya merasa saya memiliki kapasitas untuk melakukan apa pun sendiri.
Betul, itulah saya.
Walaupun,
Sesungguhnya saya adalah orang yang bisa sangat bergantung pada orang lain. Saya ga menampik bahwa kehadiran satu sosok (di luar keluarga), yang saya kagumi, saya sukai, saya banggakan, itu bisa membuat saya berubah dan melakukan hal-hal yang unusual. Tingkah laku saya akan sangat bergantung pada sosok yang satu itu.
Ya betul, saya bisa hidup tanpa bergantung pada orang lain, kecuali pada sosok yang satu itu.

Entah apa kah ini suatu kelemahan atau kelebihan. Satu hal yang saya pahami, selama orang yang satu itu meng-induce perilaku-perilaku baik dari diri saya, maka saya anggap itu adalah suatu kelebihan.
Alhamdulillah, sejauh  yang saya rasakan begitu, hehe.

Oke, izinkan saya bercerita tentang sosok yang satu ini.
Hmm. Dia adalah sosok dengan affect positif, sangaaat positif. Sungguh, itu membuat saya bertanya-tanya tentang moodnya, tentang apa yang dia rasakan. Oh, mungkin itulah hal yang membuat saya terkagum pada dirinya. Dia selalu menampakan hal positif di tengah keadaan senegatif apa pun. Kadang itu membuat saya bingung saat saya gagal memahami moodnya, “Apa yang bisa saya lakukan untuknya?”. Tapi itu menjadi suatu challenge tersendiri bagi saya yang akan saya nikmati prosesnya.
Lanjut, dia ini adalah sosok yang murah hati. Gemar membantu orang lain. Lalu dia juga ambisius, sistematis, goal-oriented, juga agamis.
Yaa panjang sih kalo saya ceritakan dia secara mendetil hehehehe.

Anyway, terkait dengan wanita. Sesungguhnya saya telah membuat janji pada diri saya sendiri saya tidak akan dulu menjalin suatu hubungan yang saling terikat satu sama lain yang biasa kita sebut dengan ‘pacaran’.
Masih banyak hal yang harus saya perbaiki di dalam diri saya sebelum saya bisa untuk kembali menjalin hubungan seperti itu. Termasuk sikap dependen saya terhadap orang yang saya suka itu masih harus saya evaluasi lagi. Asses lagi di poin apa saya bisa bergantung dan di poin mana sebaiknya saya tidak. Itu semua demi kepentingan bersama. Terlebih kalo bicara soal bergantung, kita kan punya satu sosok Yang MahaKuasa yang merupakan tempat mutlak buat kita bergantung :D.

Kalau kita rangkum, ini ceritanya:
Nama saya adalah Fadhal Muhammad Ahmad, seorang independen yang jatuh hati pada seseorang yang membuat diri saya mengikis independensi saya. Saya pernah membuat janji dan sedang saya jalani juga janji itu bahwa saya tidak akan menjalin hubungan ‘pacaran’, setidaknya hingga 2020 nanti (dengan harapan di 2020 saya sudah jauh lebih mature). Walaupun begitu saya ga menampik bahwa selama di perjalanan pemenuhan janji itu saya bisa jatuh hati pada seseorang. Saya ga menampik itu karena saya akui di dalam hidup ini saya membutuhkan kehadiran sosok yang seperti itu.
Situasi seperti itulah yang sedang saya jalani saat ini.

Apa yang akan saya lakukan? Tetap, saya akan melakukan hal terbaik untuk dia, sosok yang saya adore. Memberi dan menjadi yang dia butuhkan untuk kepentingan dirinya adalah hal yang memberikan kebahagiaan tersendiri untuk diri saya.

Saya tidak tau akan ke mana ini ujungnya. Tapi saya harap ini akan berbuah kebaikan.

Saya memohon pada-Mu untuk yang terbaik. Aamiin :).

Annual Report | deretanalphabet.wordpress.com

Baru aja cek email akun wordpress ini. Lalu saya mendapati ada email dari wordpress pada tanggal 30 Desember 2015. Dan ternyata isinya adalah laporan ‘performa’ blog yang saya kelola ini selama 2015. Lalu saya takjub, “Oh, ternyata ada laporan semacam ini ya.”, hehehe, maklum user baru.
Laporannya saya suka. Tampilannya menarik. Wujudnya berupa summary dari berbagai aspek penilaian.
Saya pikir saya ga perlu menyampaikan isinya satu-satu, cukup beberapa hal saja hehe.
Jadi, selama 2015 kemarin total ada 45 post yang saya buat. Yaa lumayan lah ya buat blog yang baru dibuat bulan Juli 2015. Walaupun belum bisa dibilang rajin sih memang. Saya masih harus meningkatkan kebiasaan menulis saya hehehe.
Satu hal yang menarik, di antara 45 post yang saya buat itu 17 post di antaranya saya tulis di hari Sabtu. yap, 38% postingan saya dibuat di hari Sabtu. Itu menunjukan bahwa di hari Senin-Jum’at saya benar-benar jarang menulis dan disibukan dengan aktivitas kuliah. Sementara hari Minggu, itu adalah aktivitas saya untuk acara dengan keluarga atau pun aktivitas di masjid. So, memang hari Sabtu adalah hari santai saya yang bisa saya karyakan untuk menulis, hehehehe :D.
Hmm. Hanya itu sih yang ingin saya sampaikan. Kesimpulan? Saya masih merupakan newbie di dunia menulis, masih harus meningkatkan kebiasaan menulis, lebih rajin lagi, tingkatkan intensitasnya. Luangkan untuk menulis di tengah-tengah aktivitas harian, Senin-Minggu. Dan yang tidak boleh diabaikan juga, konten. Kamu boleh menuliskan apa pun. Tapi apa pun yang kamu tuliskan, haruslah itu memberikan manfaat untuk kebaikan.

Bismillah 🙂

Catatan Untuk Diri

Hmm. Dari mana saya harus memulai?
Entah.
Banyak hal terjadi di dalam pikiran saya. Berbagai arus informasi yang membentuk berbagai macam persepsi terus mengalir mewarnai kepala saya.
Ada yang berupa fakta, ada yang berupa opini. Ada yang berupa kenyataan, ada yang berupa delusi maupun halusinasi.
Semuanya tergambar jelas di pikiran saya dan secara tidak langsung itu tercermin dalam perilaku saya.
Berbagai emosi, tingkah laku yang saya tunjukan itu adalah manifestasi dari respon pikiran saya terhadap berbagai gambaran itu.
Itu adalah hal yang wajar. Memang itu hal yang seharusnya terjadi di setiap manusia.
Tapi yang menjadi masalah adalah, “Benar kah cara saya menyikapi semua hal itu?”
Lalu jika ditarik ke belakang lagi, “Benar kah segala hal yang masuk ke dalam pikiran saya itu?”
Delusi. Tidak ada kebenaran di dalam delusi.
Segala hal itu harus ditelaah dulu. Saat meyakini itu adalah fakta, kebenaran, baru lah sikapi.
Catat.