Sebuah Pikiran di Minggu Pagi

Selamat pagi dunia!

Alhamdulillah. Senang sekali rasanya masih bisa bernafas di sini..

Rasa syukur ini semakin bertambah saat saya mengingat kembali apa-apa yang telah terjadi. Itu membuat saya berpikir, “Hmm… Alhamdulillah, saya masih diberi waktu untuk memperbaikinya..”.

__________________________

Saya adalah orang yang keras, banyak orang yang telah berinteraksi dengan saya sejak kecil mengatakan itu. 

Saya adalah seorang yang one  minded. Memandang semua orang sama, termasuk pemikirannya. Saya menganggap semua orang sepaham dengan saya. Jadi apa pun yang saya lakukan, selama saya pikir itu baik dan benar, orang-orang akan baik-baik saja, pikirku dulu. Naif. Sangat naif.

Waktu berjalan. Alhamdulillah saya bertemu dengan orang-orang yang tidak kalah keras dengan saya. Dan mereka akhirnya menyampaikan kepada saya tentang kekerasan saya. Tentang banyaknya orang yang tersakiti, kecewa, dan marah atas apa yang sudah saya lakukan.

Jujur. Tidak pernah saya berpikir untuk membuat tidak nyaman siapa pun. Tidak pernah pula untuk mau.

Oke, saya akui selama hidup saya pernah memilih untuk tidak peduli atas apa yang orang lain rasakan. Tapi tidak sekali pun saya ingin untuk menyakiti.

Dari sana saya mencoba untuk berubah. Meninggalkan one minded saya.

Bukan sesuatu yang mudah. Yaa, karena tetap saja yang namanya pro dan kontra pasti akan selalu ada. Yang tersakiti akibat yang kita lakukan, itu kadang tidak terhindarkan juga.

Yang bisa kita lakukan adalah, sedikit memikirkan diri dan banyak memikirkan kepentingan orang lain (bersama).

__________________________

Yaa kembali ke diri saya. Saya sudah berubah pun masih saja ada yang harus dirubah.. Alhamdulillah.

Tapi, nampaknya akan ada hal yang memang sulit untuk diubah. Bukan karena tidak mau diubah. Tapi sepertinya memang itu lah Fadhal. 

  • Bicara saya akan padat, singkat, dan cenderung keras saat saya menilai kondisinya sedang mendesak dan tidak banyak waktu yang dimiliki (menuntut efektivitas).
  • Intonasi bicara saya akan meninggi, saat saya menekankan suatu hal dan bersungguh-sungguh akan hal itu.
  • Saya akan bicara secara datar dan lambat saat saya sedang memikirkan sesuatu dan masih ragu juga bingung bagaimana menyampaikannya.

Yaa, itu lah saya.. Saya akan mencoba untuk merubahnya ke arah yang  favourable yang semua orang suka. Tapi mohon maaf jika memang karakteristik saya ini tidak berubah. Berarti memang ini lah Fadhal. Yang jelas saya akan selalu berusaha menjadi diri yang saya yakini baik dan benar sambil tetap membuat orang lain nyaman.

Bismillah~

Keep being yoursef, the best version of you!

Jangan Menulis Saat Sudah Mengantuk | Note to Self

Sederhana.

Itu lah tulisan yang akan saya muat di sini. Dilatarbelakangi oleh kekesalan diri karena ketiduran semalam, jadi lah saya menulis ini.

Ide-ide tulisan sudah banyak berseliweran di kepala saya. Tapi saat saya mulai menulis dan terhenti di tengah karena ketiduran, lalu terbangun dan mau mulai menulis lagi, feel-nya sudah berbeda. Membuat keinginan menulis menjadi hilang.

Ok. Simpulannya, tahan ngantukmu, selesaikan tulisannya. Atau, simpan gagasanmu untuk kemudian kamu mulai tulis setelah bangun nanti.

Noted.

Pelajaran Untuk Diri

Pertama-tama, Alhamdulillah masih diberikan kesempatan hingga hari ini.
Sekali lagi, Alhamdulillah :).

Ok, mari kita mulai.
Baru saja saya mengalami suatu kejadian yang bisa saya ambil banyak hikmah di dalamnya.
Saat kamu terlibat suatu konflik, dan kamu sibuk menuntut pertanggungjawaban sambil menuding siapa yang benar dan siapa yang salah, itu tidak akan menghasilkan solusi yang baik.
Adu argumen benar dan salah itu hanya akan melahirkan yang menang dan yang kalah.
Kemenangan, belum tentu ia akan memuaskanmu dan bisa menggantikan kehilangan yang kamu rasakan, baik secara moril mau pun materiil.
Sebaliknya kekalahan, ia hanya akan membuat sisi yang kalah sakit hati dan bisa menimbulkan rasa dendam di dalam dirinya.

Yaa, pada intinya yang saya dapatkan adalah, saat kita sibuk mencari-cari kesalahan orang lain, kita kehilangan waktu untuk mengevaluasi diri dan perbaikan ke arah yang benar.
Waktu habis terbuang.

Hmm.
Yaa ke depannya, lebih baik meminimalisir konflik dan menyelesaikan secara baik-baik. Mending berusaha mencari solusi terbaik bagi kedua belah pihak, daripada melarutkan diri dalam adu argumen menentukan benar dan salah. Toh, hakim terbaik di dunia pun tidak 100% akurat saat dia memvonis seseorang benar atau salah.

Keadilan yang hakiki hanya ada pada Allah SWT. Di adalah Al-Hakam dan Al-Adl’. Maha Bijaksana dan Maha Adil. Biarlah Dia yang menilai di akhirat nanti.

Catat itu Dhal.
Jadikan pelajaran untuk diterapkan mulai hari ini hingga ke depannya.
Bismillah 😀