Now or Never

Saat kamu berada di suatu posisi dan di situ kamu melihat banyak hal yang tidak benar dan kondisi saat itu memungkinkan kamu untuk step up ke posisi yang lebih tinggi, yaitu posisi yang memungkinkan kamu untuk melakukan perubahan. Mau kah kamu step up dan melakukan perubahan itu?
Jawaban awal pasti: “Mau!”
Tapi muncul pertanyaan berikutnya, setelah kamu ada di posisi itu, mampu kah kamu untuk merubahnya?
Hmm. Mulai mikir kan. Ya kalo hal yang berusah untuk dirubahnya itu adalah sebuah sistem, sistem yang sudah bertahun-tahun membudaya di tempat itu, dan itu melibatkan orang yang tidak sedikit, pasti yang namanya melakukan perubahan itu ga gampang.
Kalo kita ga kuat dan gagal dapet support dari orang-orang lain yang terlibat di sistem itu, ya usahamu akan membuahkan hasil yang sia-sia, kemungkinan besar.
Makanya, balik lagi ke pertanyaan tadi. Mampu kah kamu?
Hmm. Kebetulan saat ini saya sedang ada di posisi seperti itu. Dan saya pun dihadapkan pada pertanyaan itu.
Kalo saya mau egois dan bersikap tidak peduli sih saya bakal milih untuk tutup mata dan lakuin aktivitas untuk pemenuhan kebutuhan pribadi aja. Lebih enak toh, cukup mikirin diri sendiri, ga perlu ngurusin hal-hal terkait orang lain. So much simpler, hehehe.
Ya, saya bisa aja memilih untuk seperti itu.
Tapi maaf, saya ga mau. Buat saya, saat ada hal yang kurang tepat di mata saya dan saya berkemampuan untuk merubahnya, saya harus merubahnya.
Inget ga kalo ada yang berbuat salah kamu harus ngapain?
– Peringatkan orang itu dengan lisan.
– Kalo masih ga bisa, peringatkan dengan tindakan.
– Kalo masih ga bisa juga, do’akan orang itu supaya mendapat karunia dari Allah SWT untuk berubah.

Nah, saya masih ada di posisi lisan dan tindakan nih. Saya masih belum melakukan itu. Itu artinya saya harus melakukan itu.
Terlebih, kalo saya melewatkan ini bisa jadi saya bakal menyesal nanti. Menyesal, karena kesempatan untuk dapet kuasa tuk merubah tuh ga selalu dateng loh. Bisa jadi ini kesempatan saya yang pertama sekaligus yang terakhir, alias satu-satunya.

So, it’s about Now or Never.
Then I choose: Now.

Desakan Keberadaan Tujuan

Hidup ini seperti roller-coaster. Dinamis. Ada momen saat kita di atas, ada momen saat kita di bawah. Ada saatnya kita semangat, ada saatnya kita malas.
Saat posisi lagi di atas, lagi semangat, ya bagus sih. Grafik hidup bakal positif terus, aktivitas harian bakal dilalui dengan kegiatan yang produktif.
Nah, yang jadi masalah adalah saat kita lagi di bawah. Lagi malas. Gawat loh itu. Waktu bakal dengan mudah dilalui dengan sia-sia. Sangat sangat sangat tidak produktif. Saya berkali kali mengalami fase itu. Dan sungguh itu membuat diri saya kesal.
Hal itu bisa disikapi sesungguhnya. Belakangan ini saya mencoba untuk menetapkan target dan tujuan dalam setiap langkah saya. Karena yang saya lihat, malas tuh karena hal yang diimpikan untuk dikejar tidak cukup kuat untuk menanggulangi lelah tubuh yang dirasakan. Oleh karena itu lah perkuat impian itu. Perjelas langkahnya. Tarik dari masa depan ke langkah kini. Tentukan hal-hal apa saja yang harus dilakukan dalam meraih impian itu. Runutkan mulai dari awal sekali di masa kini. Bahlan kalo bisa setiap langkah kaki kita pun itu harus sesuai dengan rencana dalam meraih impian itu.
Kalo plan tujuan hidup itu sudah dirancang sedemikian rupa dengan sangat jelas di pikiran kita, rasa lelah yang melanda, kemalasan yang menyiksa itu pasti bisa kita kalahkan.
Dengan tujuan hidup yang jelas, negatifnya diri itu bisa kita lawan.
So, rencanakanlah segala sesuatu yang akan dilakukan itu dengan mendetil. Dan ingat, sertakan Allah SWT dalam setiap langkah menuju impian itu.
InsyaAllah yang kita impikan bisa kita capai. Aamiin.