Hand Over A Task | Sebuah Opini

“On n’est jamais servi si bien que par soi-même… If you want something done right, do it yourself.” – Charles-Guillaume Étienne

Selamat siang dunia!
Kembali lagi di sini saya menulis. Bukan tulisan apa-apa, hanya opini pribadi, hehe.

Seketika teringat akan kutipan terkenal dari seorang seniman ternama, Charles-Guillaume Ettienne. Dan seketika pula menjadi ingin berkomentar tentang hal itu, hehe.

Kutipan itu bernada egois. Sangat egois. Ego-centris, goal-oriented. Team-work nomor sekian. Sebagian besar dari diri saya menolak untuk menerapkan ini, walaupun sebagian lainnya meyakini bahwa hal ini benar adanya.

Meskipun begitu sejak beberapa tahun terakhir saya dari seorang yang sangat individualis telah mencoba untuk menjadi makhluk yang lebih sosialis. Saya mendelegasikan tugas, transfer kekuasaan, bermusyawarah mendengarkan pendapat orang lain dan sebagainya.
Saya telah menekan sisi individualis saya.
Walaupun sebenarnya saya punya alasan yang masuk akal terkait individualisme saya ini (bagiku). Menurut saya, saat saya menyerahkan orang lain untuk melakukan hal yang terkait dengan saya, itu sama saja dengan membiarkan orang lain menentukan apa yang akan terjadi pada dirimu sendiri. Itu sama saja dengan menggantungkan diri terhadap orang lain. Semakin banyak hal yang kamu biarkan orang lain untuk melakukannya, maka semakin banyak orang yang menjadi tempat kamu untuk bergantung. Dan bergantung terhadap orang lain tuh tidak nyaman buatku, hehe.

Anyway, itu masa lalu. Sekarang saya sudah memiliki pandangan lain akan hidup. Hidup ini terlalu singkat untuk kamu habiskan semuanya menyelesaikan segalanya sendiri. Hidup ini akan jauh lebih menyenangkan saat kamu bisa berbagi dan saling terkoneksi dengan banyak orang. Sungguh, hehe.

Namun, satu aturan yang berlaku di dalam hidup, harus selalu kamu ingat: Jangan pukul rata semua hal.
Yap, tidak semua orang bisa kita jadikan tempat untuk hand over suatu tugas. Tidak semua orang mau atau pun capable untuk itu. Finding the right one is a mandatory, otherwise the only thing you’ll get is disappointment.

Bukan berniat untuk bersikap egois lagi. Tapi memang bijaksana menurut saya untuk mengenal lebih dulu individu yang akan kamu percayai itu. Bahkan jika kamu ingin coba-coba untuk percaya pun kamu harus melihat kondisi terlebih dahulu. Karena tidak semua hal bisa diperbaiki setelah itu terjadi.

So, daripada gambling hand over tugas yang irreversible kepada orang yang tidak kamu kenal, lebih baik lakukan sendiri. Lakukan sebaik-baiknya sesuai dengan yang kamu inginkan.

Syukur | Alhamdulillah

image

“Pepohonan rindang yang melindungimu dari panasnya matahari dan memberikanmu kesejukan pun itu bentuk dari karunia Allah SWT yang Dia berikan padamu..”

Alhamdulillah. Senang rasanya masih bisa bernafas dan hidup hingga saat ini. Semakin lama hidup, semakin banyak rasanya karunia yang didapat dalam berbagai bentuk, seperti rasa senang dan sebagainya.
Berbagai kesenangan tak henti hentinya datang, baik itu kesenangan duniawi maupun kesenangan rohani. Tapi di balik itu semua terselip pesan untuk tetap mawas diri. Bersahaja dan tunduk di hadapan-Nya. Menyadari bahwa karunia ini adalah bentuk dari ujian juga. Jangan sampai semua ini membuat diri menjadi takabur dan lupa akan Dia.

Lagi-lagi do’a memegang peranan kunci di sini. Terus berdo’a memohon perlindungan untuk bisa terhindar dari keburukan dan stay di jalan yang lurus.
Dan lagi, ini adalah bulan Ramadhan. Tingkatkan terus do’amu, panjatkan sebaik-baiknya.
Ada waktu-waktu yang disabdakan oleh Rasulullah SAW merupakan waktu terbaik untuk dikabulkannya (mustajab) do’a. Tiga di antaranya:
1. Di 1/3 malam
2. Saat berbuka puasa
3. Saat Lailatul Qadr

Terkait yang nomor tiga, dikatakan bahwa Lailatul Qadr ada di 10 malam terakhir bulan Ramadhan. Alhamdulillah sudah sebentar lagi, hehe. Yuk, mari kita tingkatkan segala bentuk ibadah kita. Luruskan niat kita. Semua ini kita lakukan adalah karena-Nya :).

Mari bersama-sama berlomba-lomba di dalam kebaikan~

Bismillah :D.

Sedang Belajar

Setiap saat, setiap waktu, berbagai macam hal terjadi. Dan itu semua tidak selalu ada dalam pikiran kita sebelumnya. Banyak hal tak terduga yang terjadi. Bahkan, lebih banyak yang tidak terprediksi terjadi dibandingkan yang sudah terprediksi.
Kejadian itu membuat kita kesal kadang. Dibutuhkan kelapangan dada agar bisa menerima semua itu.

Hmm. Untuk saya pribadi, belakangan ini banyak hal terjadi di luar pikiran saya. Bahkan saat saya tertidur pun tidurnya saya bukanlah kemauan saya. Mimpi saya saat sedang tidur pun itu rancangannya bukan buah pikiran saya.
Berat untuk mengakui, tapi jujur, itu semua membuat saya tidak tenang, tidak nyaman, dan kesal. Menjadi ingin meminimalisir kontak dengan orang-orang. Semakin banyak orang yang bersinggungan dengan saya, maka semakin banyak variabel di luar sana yang berada di luar kontrol saya.
Ya kurang lebih begitulah yang jiwa egois saya katakan.

Tapi saya sadar, sisi lain dari diri saya mengingatkan, bahwa saya tidak boleh begitu. Harus belajar ikhlas. Nerima segala kondisi. Ga segalanya harus berjalan sesuai keinginanmu Dhal.
Dan hmm, semua itu benar.. Segera saya beristigfar.

Tapi maaf.. Saya memang akan selalu menerima apa pun yang terjadi. Tapi saya ga bisa berjanji 100% kalo hati saya ini akan selalu bersih dari rasa kesal. Saya akan mencoba menghilangkannya, pasti. Tapi saya ga bisa menjamin itu dari sekarang..

Saya sedang belajar.

Pelajaran Untuk Diri

Pertama-tama, Alhamdulillah masih diberikan kesempatan hingga hari ini.
Sekali lagi, Alhamdulillah :).

Ok, mari kita mulai.
Baru saja saya mengalami suatu kejadian yang bisa saya ambil banyak hikmah di dalamnya.
Saat kamu terlibat suatu konflik, dan kamu sibuk menuntut pertanggungjawaban sambil menuding siapa yang benar dan siapa yang salah, itu tidak akan menghasilkan solusi yang baik.
Adu argumen benar dan salah itu hanya akan melahirkan yang menang dan yang kalah.
Kemenangan, belum tentu ia akan memuaskanmu dan bisa menggantikan kehilangan yang kamu rasakan, baik secara moril mau pun materiil.
Sebaliknya kekalahan, ia hanya akan membuat sisi yang kalah sakit hati dan bisa menimbulkan rasa dendam di dalam dirinya.

Yaa, pada intinya yang saya dapatkan adalah, saat kita sibuk mencari-cari kesalahan orang lain, kita kehilangan waktu untuk mengevaluasi diri dan perbaikan ke arah yang benar.
Waktu habis terbuang.

Hmm.
Yaa ke depannya, lebih baik meminimalisir konflik dan menyelesaikan secara baik-baik. Mending berusaha mencari solusi terbaik bagi kedua belah pihak, daripada melarutkan diri dalam adu argumen menentukan benar dan salah. Toh, hakim terbaik di dunia pun tidak 100% akurat saat dia memvonis seseorang benar atau salah.

Keadilan yang hakiki hanya ada pada Allah SWT. Di adalah Al-Hakam dan Al-Adl’. Maha Bijaksana dan Maha Adil. Biarlah Dia yang menilai di akhirat nanti.

Catat itu Dhal.
Jadikan pelajaran untuk diterapkan mulai hari ini hingga ke depannya.
Bismillah 😀

31 Juli 2015 – 13 Juni 2016

Hai. Selamat pagi!
Saya awali pagi ini dengan merubah tampilan blog saya yang memang sudah saya rencanakan sebelumnya. Walaupun sebenarnya saya merencanakan ini untuk dilakukan saat usia blog ini satu tahun nanti, yaitu tanggal 31 Juli 2016.

Tapi setelah saya pikirkan kembali, perubahan itu tidak perlu dilakukan sambil menunggu momen untuk berubahnya. Tak perlu tunggu datangnya momen itu, tapi ciptakanlah momen itu. Dan inilah saya yang menciptakan momen itu di hari ini tanggal 13 Juni 2016.

“Don’t wait for it, but create it.”, the wisdom once said, hehe.

Anyway, ada satu pesan moral di pagi hari ini yang menjadi reminder juga termasuk bagi diri saya,

“A lack of communication breeds assumptions of what the other’s thinking or feeling; and assumptions are, more often than not, incorrect.” – Misty Lynn Walker

Yap, itulah mengapa kita harus berkomunikasi dengan baik. Untuk menghindarkan prasangka-prasangka yang justru malah akan merusak hubungan itu sendiri.
Namun ingat satu hal lagi,

“The biggest communication problem is we do not listen to understand. We listen to reply.”

Ok, that’s all guys.
Selamat menjalani hari! 🙂

Ikhlas

Masalah datang. Masalah lagi. Masalah. Dan terus masalah datang tanpa pernah berhenti.
Tak apa. Itu hidup. Tanpa masalah kamu mati, hehe.
Berat? Iya memang ada masalah-masalah yang berat yang benar-benar menyulitkan diri kita. Tapi ingatlah, Allah ga ngasih beban di luar kemampuan kita kan. Ya ga?
Mau ga mau kita harus menjalani prosesnya. Seperti sekarang ini.

Dan satu hal lagi, pada akhirnya kita, makhluk yang lemah ini, harus ikhlas menjalani apa pun sambil terus berdo’a kepada Allah Ta’ala.

Iya.
Ikhlas 🙂