Keindahan Dalam Kesederhanaan

Sederhana

Sederhana.

Sebuah kata yang terdiri sembilan huruf yang memiliki banyak arti.

Sederhana. Sapardi Djoko Damono, sastrawan yang memiliki banyak puisi hebat, dan Johan Cruyff, seorang seniman dalam suatu olahraga bernama sepakbola, menggunakan kata sederhana untuk menggambarkan hal yang mereka suka; sepakbola dan mencinta.

Sederhana dilukiskan sebagai suatu impian yang ingin diwujudkan di dalam hal yang mereka dambakan.

Johan Cruyff adalah pesepakbola legendaris yang menggetarkan dunia sepakbola di awal tahun 70an dengan gaya total football-nya. Total Football adalah gaya sepakbola yang di luar dari gaya konvensional lainnya yang prinsip sederhana: semua pemain harus bisa bermain di posisi mana pun. Nampak sederhana, tapi bukan kah menjadi ahli di satu posisi saja sudah sulit? Bisa dibayangkan seberapa sulitnya untuk bisa bermain di semua posisi. Ya, dan lewat prinsip sederhana itulah Johan Cruyff mewujudkan sepakbola indahnya yaitu sepakbola sederhana.

Sapardi Djoko Damono berkata, bahwa cinta itu harus sederhana. Keindahan dari cinta akan mekar dengan sempurna saat kamu bisa mengejawantahkan perasaan cinta itu dalam wujud aksi mencintai yang sederhana. Pertanyaannya, apa yang dimaksud mencintai dengan sederhana itu?

Jika melihat kutipan sajak yang Sapardi tuliskan, secara tersirat nampak bahwa mencintai yang sederhana itu adalah mencintai yang berujung pada ketiadaan. Mencintai yang diwujudkan dengan pengorbanan seutuhnya dari dia yang mencinta kepada yang dicinta.

Ah, saya tidak mengerti jadinya apa yang saya tuliskan ini.

Saya pernah mencintai. Entah benar atau tidak bahwa yang aku rasakan itu benar-benar cinta atau bukan, yang jelas aku mendefinisikan perasaan itu sebagai cinta. Saya mencintai dengan perasaan hati yang disaring dengan logika dari pikiranku yang akhirnya memunculkan berbagai macam aksi sebagai manifestasi dari perasaanku yang aku sebut dengan cinta.

Saya pernah mengikuti prinsip, “ikutilah hatimu tapi jangan lupa bawa otakmu besertanya.”

Hingga detik ini saya masih tidak mengerti sebenarnya cinta itu apa dan bagaimana cara mencintai yang tepat itu. Namun, mencintai dengan sederhana masih merupakan goal yang ingin saya wujudkan.

Sederhana, tidak rumit, namun saling mengerti dan bahagia. Hmm. Terdengar klise ya? Hahaha. Tapi sungguh, di dalam diri ini saya masih berfantasi akan terwujudnya cinta yang seperti itu.

Sederhana. Hidup ini selayaknya harus sederhana, jangan berlebih-lebihan. Itu yang Rasulullah SAW sunnahkan semasa hidupnya dulu. Belajar memaafkan, menerima, dan memaklumi. Masalah besar, kecilkan. Masalah kecil, ikhlaskan. Karena mengungkit-ungkit masalah hanya akan memperrumit keadaan, dan itu bertentangan dengan prinsip kesederhanaan.

Hidup sederhana bukan berarti sekedar menjauhkan diri dari kemewahan dan hidup ala kadarnya. Tidak. Hiduplah dengan nyaman, sesuai dengan standar hidup yang kamu inginkan. Tapi jangan mempersulit orang lain, makhluk lain. Sebaliknya, buatlah segalanya menjadi mudah sesuai dengan seharusnya.

Do what is necessary.

Entah. Ini semua masih merupakan impian idealias saya semata. Saya belum bisa mewujudkannya, tapi sungguh saya ingin seperti itu.

Fakta bahwa saya berusia 22 tahun dan saya masih belum menjadi diri yang ideal cukup memukul batin saya. Saya kesal. Tapi tak apa. Saya akan berusaha terus untuk berkembang.

Yuk, wujudkan hidup yang sederhana. Karena sederhana itu indah 🙂

Bismillahirrahmannirrahiim.

Leave a comment