Marhaban Ya Ramadhan

Alhamdulillah, sampai juga kita di bulan Ramadhan tahun ini :).

Suka cita menyelimuti. Gairah tinggi menyambut kedatangan bulan suci ini begitu membuncah di dalam hati.
Bagai suatu tradisi tahunan, kita menginginkan diri ini untuk menjadi individu yang lebih baik secara jasmani dan secara rohani di momen Ramadhan ini.
Bagaikan sebuah gerbang perubahan, Ramadhan adalah sarana bagi kita untuk bermetamorfosis menjadi seorang manusia yang lebih baik lagi.

Yap, dan saya pun termasuk orang yang memiliki harapan seperti itu, hehe.
Ada satu hal yang perlu kita ingat tapi.
Ramadhan ini bukanlah suatu bulan spesial yang di dalamnya kita menjadi manusia yang paling baik sepanjang hidup. Bukan.
Iya, Ramadhan memang bulan yang spesial, tapi bukan seperti itu maksudnya.
Terlepas dari berbagai keistimewaan yang bulan Ramadhan ini miliki, kita sebagai seorang muslim dalam menjalaninya sebenarnya cukup melaksanakan sebuah prinsip mendasar dalam hidup:

“Hari ini harus lebih baik dari hari kemarin. Dan hari esok harus lebih baik dari hari ini.”

Kenapa saya menyampaikan hal ini?

Seringkali kita mendapati saat bulan Ramadhan orang-orang berbondong-bondong ke masjid untuk shalat berjamaah. Berlomba-lomba mengkhatamkan Al-Qur’an. Bersedekah sebanyak-banyaknya.
Tapi setelah Ramadhan berlalu, hal-hal itu berubah.
Masjid sepi dari jama’ah. Mushaf Al-Qur’an kembali berdebu karena jarang dibaca. Panti asuhan, rumah zakat, semua kembali sepi dari pengunjung.
Soo, selepas Ramadhan yang nampak adalah penurunan dari berbagai excellences yang dilakukan selama Ramadhan, menuju keseharian sehari-hari yang biasa-biasa saja.

Menurut saya ini salah. Ga bener kayak gini tuh.

 
Ganti mindset kita.
Dari yang awalnya saat Ramadhan berpikiran, “Waah, ini Ramadhan. Yuk, lakukan amalan sebaik-baiknya…”, atau “Yuk shalat Isya, kan harus Tarawih kalo lagi Ramadhan.”, lalu saat Ramadhan sudah berlalu, Udah bukan bulan puasa kan? Santai aja laah..” atau “Shalat Isya-nya ntar aja deh. Masih panjang juga waktunya, dan sekarang udah ga perlu Tarawih lagi kan.”

Ubahlah menjadi, “Selama Ramadhan saya bisa melakukan amalan A, B, C, D …. dan saya bisa selalu shalat tepat waktu. Hmm, kalo di bulan Ramadhan saya bisa melakukan itu, kenapa engga di bulan-bulan lainnya saya melakukan semua itu juga?”

Yap. Jadi Ramadhan ini bukanlah sekedar ajang tahunan di mana kita menjadi manusia paling baik selama satu bulan, lalu kembali buruk di sebelas bulan lainnya, lalu kembali baik lagi saat Ramadhan tahun depan datang lagi. Bukan. Hidup ini bukanlah suatu siklus berulang yang seperti itu.
Melainkan, hidup ini laksana roda yang terus berputar maju ke depan menuju ke arah yang semakin baik. Dan anggaplah Ramadhan ini layaknya check point di mana kita melakukan upgrading diri sebagai bekal untuk sebelas bulan ke depan yang akan dijalani.

Saya bukanlah manusia yang baik dan benar yang telah mampu menjalani segala hal yang saya ucapkan di atas. Bukan. Saya masih memiliki kelemahan (yang masih banyak banget), masih melakukan berbagai kesalahan dan kelalaian.
Saya hanyalah seorang manusia yang berusaha untuk baik dan benar, sambil saling mengingatkan, supaya bisa sama-sama pada akhirnya menjadi baik dan benar.

🙂

Ya Allah, terimakasih atas segala nikmat yang telah Engkau berikan. Ampunilah segala kesalahan yang telah hamba lakukan. Berkahilah jalan hamba, ridhailah jalan hamba, dan lindungilah hamba supaya terhindar dari berbagai kelemahan-kelemahan. Jangan Engkau masukan hamba ke dalam golongan orang-orang yang merugi. Melainkan, jadikanlah hamba termasuk ke dalam golongan orang-orang yang bersyukur yang mampu menjalani Ramadhan dan kehidupan ini dengan sebaik-baiknya.. Aamiin.

Leave a comment